Melihat rangkaian sejarah perjalanan Viking Persib Club, maka para
Vikers (anggotanya) akan selalu bercermin pada perjalanan Persib Bandung
dalam mengarungi Samudra kompetisi sepakbola Indonesia, baik pada saat
Kompetisi Perserikatan maupun pada saat Liga Indonesia. Berawal dari
perjalanan prestasi “Sang Maung Bandung” yang begitu membanggakan dan
menggetarkan dunia persepakbolaan Indonesia, khususnya pada dekade 1985
hingga dekade 1995, dimana Persib mampu memberikan suatu kebanggaan
kepada para pencintanya, dengan tampil lima kali berturut-turut pada
partai final Piala Presiden (Perserikatan kala itu), dan tiga kali
diantaranya Persib berhasil tampil sebagai “Kampioen”, yang kemudian
berlanjut dengan merebut gelar “Juara” untuk pertama kalinya pada
kompetisi format baru, yaitu Liga Indonesia. “Totalitas” yang telah
diberikan oleh Persib kepada para pencintanya, kemudian dijawab kembali
dengan “Totalitas” oleh sekelompok Pendukung Fanatik Persib yang kala
itu sering menempati Tribun Selatan Stadion Siliwangi. Tercetuslah ide
untuk membentuk sebuah kelompok Bobotoh demi melestarikan dan menjaga
kebesaran nama Persib, disamping untuk menyatukan aspirasi serta
kesamaan rasa cinta kepada “Sang Idola” Persib Bandung.
Melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot dan memakan waktu,
akhirnya terbentuklah sebuah kesepakatan bersama. Tepatnya pada Tanggal
17 Juli 1993, disebuah rumah dibahu jalan Kancra no. 34, diikrarkanlah
sebuah kelompok Bobotoh dengan nama ….. VIKING PERSIB CLUB. Adapun
pelopor dari pendiriannya antara lain ; Ayi Beutik, Heru Joko, Dodi
“Pesa” Rokhdian, Hendra Bule, dan Aris Primat dengan dihadiri oleh
beberapa Pioner Viking Persib Club lainnya, yang hingga kini masih tetap
aktif dalam kepengurusan Viking Persib Club.
Nama VIKING diambil dari nama sebuah suku bangsa yang mendiami
kawasan skandinavia di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut dikenal dengan
sifat yang keras, berani, gigih, solid, patriotis, berjiwa penakluk,
pantang menyerah, serta senang menjelajah. Karakter dan semangat itulah
yang mendasari “Pengadopsian” nama VIKING kedalam nama kelompok yang
telah dibentuk.
Secara demonstratif, Viking Persib Club pertama kali mulai menunjukan
eksistensinya pada Liga Indonesia I — tahun 1993, yang digemborkan
sebagai kompetisi semi professional pertama di Tanah Air kita. Slogan
“PERSIB SANG PENAKLUK” begitu dominan terlihat pada salah satu atribut
yang dipakai anggotanya.
Perjalanan waktu, kebersamaan, hubungan pertemanan, serta kesamaan
rasa cinta yang telah terbina, pada akhirnya telah menjadikan Viking
Persib Club sanggup bertahan hingga saat ini, bahkan semakin berkembang
dan menyebar ke berbagai wilayah nusantara.
Idealisme Viking Persib Club
Viking Persib Club adalah sebuah kelompok bukanlah organisasi atau
fans club dengan segala aturan-aturan formal yang mengikatnya. Setiap
anggota atau Vikers adalah bagian dari sebuah “Keluarga”, …. Dan
layaknya sebuah Keluarga, keberagaman sifat dan tingkah laku yang berada
didalamnya adalah merupakan sesuatu hal yang lumrah, dan Viking akan
selalu berusaha untuk mengakomodir keberagaman tersebut.
Kelompok Suporter dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, karena
didalamnya terdapat sekumpulan individu yang berinteraksi secara
bersama-sama serta memiliki kesadaran keanggotaan yang didasarkan oleh
kehendak dan prilaku yang disepakati. Seperti kebanyakan
kelompok-kelompok Bobotoh lainnya yang turut terlahir sama seperti
halnya Viking Persib Club, yaitu secara Grass Root (dari arus bawah),
maka Viking Persib Club memiliki cara atau cirri khas dalam menyikapi
setiap permasalahan anggotanya. Hubungan pertemanan dan kekeluargaan
yang tulus, erat tanpa pamrih serta rasa persaudaraan yang tinggi
menjadi modal yang kuat bagi VIKING untuk terus eksis selama beberapa
dekade.
Keanggotaan Viking Persib Club yang semakin besar, jelas menuntut
sebuah tanggung jawab serta pengaturan yang sedemikian rupa secara
professional, agar dapat lebih terukur dari segi pendataan, keuangan,
rutinitas maupun manajerial, yang tentu saja membawa dampak tanggung
jawab yang sangat besar bagi kepengurusan Viking Persib Club. Namun
tentu saja semua formalitas tersebut tidak akan menghilangkan warna,
ciri khas serta karakter Viking Persib Club. “Viking tetaplah Viking!
Dia harus bercirikan kedekatan yang tulus antar anggotanya dan
berkarakter sebagai sebuah keluarga ataupun pertemanan”
Viking Persib Club murni lahir secara independen berdasarkan
inisiatif dari para Bobotoh dari golongan grass root. Dalam pandangan
Viking, supporter tidak hanya berperan sebagai “tukang sorak” saat
menyaksikan dan mendukung kesebelasan kesayangannya, tetapi peran
supporter harus lebih dari itu! Dia harus menjadi pembangkit semangat
saat tim kesayangannya jatuh bangun menunaikan tugasnya dilapangan.
Supporter juga harus menjadi kekuatan tambahan bagi para pemain
dilapangan, …… intinya, supporter harus menjadi pemain ke-12! Dan VIKING
ingin menjadi pemain ke-12 bagi PERSIB serta menjadi supporter yang
selalu ada untuk PERSIB di dalam dan luar lapangan.
Pada saat ini, …… ketika sepakbola sudah menjadi industri, Peranan
Bobotoh buat PERSIB pun menjadi berkembang tidak hanya sebagai objek
pelengkap saja. Bobotoh seharusnya menjadi bagian dari prestasi dan
keberhasilan yang dicapai oleh PERSIB. Berangkat dari sana, ….. Viking
Persib Club pun mulai mengembangkan sayapnya dalam berbagai bentuk
aktualisasi diri, mulai dari peningkatan pengkoordiniran massa dengan
dibentuknya “distrik” di berbagai wilayah pada kantung-kantung Bobotoh,
Penjualan Merchandise, pembuatan album kompilasi Persib, baksos,
acara-acara yg bersifat positif, hingga tour organizer yang
menyelenggarakan pemberangkatan rombongan Bobotoh ketika mendukung
PERSIB apabila bermain tandang.
Kepemimpinan & Kepengurusan Viking Persib Club
Sejak awal berdirinya hingga saat ini, ….. Viking Persib Club
diketuai oleh Heru Joko, dengan Panglima — Ayi Beutik. Pertanyaan yang
muncul, ……. Mengapa harus ada figur panglima? Jawabannya singkat saja,
karena Bobotoh terikat secara emosional, dan mereka mengikatkan diri
kepada PERSIB dan juga kepada sesama pendukung Persib. Kata Panglima
disini adalah sosok “Ibu” dalam keluarga, pengasuh bagi anak-anaknya,
sosok yang memimpin serta melindungi para anggota apabila terjadi
sesuatu dilapangan. Sedangkan jabatan Ketua Umum yang disandang Heru
Joko, adalah sebagai figure kharismatik yang memiliki fungsi politis
keluar organisasi atau kelompok lain. Lain halnya dengan Yoedi Baduy
yang menjabat sebagai Sekretaris Umum, ia mengelola dan mengkoordinir
segala bentuk kegiatan secara administratif. Bisa dikatakan ketiganya
adalah pemimpin atau leader Viking Persib Club, yang tentu saja ditopang
oleh pentolan-pentolan Viking Persib Club yang lainnya, seperti ; Yana
Ewok, Asep “Ucok”, Yana Bool (Mr. Y), Dadan Gareng, Boseng, Odoy, Pesa
dan Hendra Bule.
Dan yang tak kalah pentingnya lagi, …… kontribusi Distrik-distrik
Viking Persib Club yang saat ini sudah tersebar diberbagai wilayah,
seolah menjadi elemen penting lainnya bagi pendobrak berkembangnya
Viking Persib Club dewasa ini.
SUMBER